Saya : Saya bertemu rindumu. Dia ingin jatuh dipenuh pelukku, dia hanya takut tuannya tidak mengijinkan walau sebenarnya menginginkan.
Kamu : Saya bertemu rindumu. Hadirnya hanya seberkas pilu, untuk temu yang terlalu lama mengharu-biru atau lamun yang lekas merabun.
Saya : Saya bertemu rindumu. Tak ada lugas yang kamu percayakan selain penjaringan asa yang nantinya kamu buang ke rindang belantara luka.
Kamu : Saya bertemu rindumu. Untuk bilik lupa ialah ingat yang meradang, hampa sirna dan sayup erang, serta tawa pada disleksia.
Saya : Saya bertemu rindumu. Kuucapkan selamat pagi. Saya tahu sebentar lagi dia akan memuntahkan kalimatnya dan saya akan pecah di rentang pelukmu..
Kamu : Saya bertemu rindumu. Untuk kesiangan terbius dan atas nama Aquarius dan Neptunus, saya seperti dipukul rindu hingga mampus.
Saya : Saya bertemu rindumu yang kini sering saya rapalkan seperti doa. Ada sakit dalam galar menyusup vena hingga mendarah, tapi saya menikmati..
Kamu : Saya bertemu rindumu. Untuk sakit yang kamu rasakan adalah kesakitanku juga. Terimakasih kau mampu mencambuk sakitku, Sayang.
Saya : Saya bertemu rindumu. Meminta ijin untuk menenangkan rinduku. Karena milikku hanya ruruh ketika nafasmu membekai lekuk bahuku..
Kamu : Saya bertemu rindumu. Kesekian kali sungai menyapaku, lalu saya ijinkan kamu tetap memelukku. Saya tidak akan menyia-nyiakanmu.
Saya : Saya bertemu rindumu. Rinduku menyetubuhi ketiadaanmu. Saya mohon mendekatlah, jadilah atas nama penggenapan rinduku.
Kamu : Saya bertemu rindumu. Atas nama Bapa yang menyaksikan kehampaan kita, atau altar tempat saya memagutmu kelak. Saya terbelalak.
Saya : Saya bertemu rindumu. Sebenarnya saya tak menemuinya. Di altar itulah kamu mendatangiku. Kamu membuat seluruhku jatuh hanya padamu.
Kamu : Saya bertemu rindumu. Saya tahu dan sayapun mendekapmu, dari bilik lelah yang terbelah, juga sempat yang telah menjadi berkat.
Saya : Saya bertemu rindumu. Kamu nafas keduaku. Ulahmu buat rinduku menyalak, tapi aku hanya ingin kamu rebah di lembar ciumku yang membeledu. Kamu udaraku...
[dialog puisi saya dan @diptaWang ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar